Luar Biasa..!! Saat Lepas Dinas, Anggota Polisi Ini Rela Angkut Sampah Warga

Bermula dari perasaan prihatin, Aiptu Trisih Setyono (55), anggota Polsek Gondang ini  berinisiatif mengadakan mobil pembuangan sampah. Usul ini pernah disampaikan di rapat Desa Ngrendeng, Kecamatan Gondang tempatnya tinggal, namun usul ini ditolak. 

“Sebenarnya pemerintah desa tidak menolak, tapi ada sejumlah warga yang menolak usul itu,” ucap Trisih.

Meski mendapat penolakan, Trisih bertekat memuwjudkan cita-citanya untuk mengadakan mobil pembuangan sampah mandiri.

Dibantu dua orang temannya, Trisih membeli sebuah mobil pikap untuk mengangkut sampah rumah tangga pada awal 2016 silam.
[post_ads]
“Waktu itu modal awalnya Rp 15 juta untuk beli pikap jelek. Pokoknya bagaimana bisa membuang sampah agar tidak berceceran,” tutur Trisih.

Menurutnya, Pengelolaan sampah telah lama menjadi masalah bagi masyarakat Kecamatan Gondang. Karena tidak ada tempat pembungan sampah sementara, maka warga membuang sampah sembarangan.

Hal itu terjadi di Kalitelu, perbatasan Kecamatan Gondang dengan wilayah Kabupaten Trenggalek. Di tempat ini lokasi sawah, sungai dan jalan raya berubah menjadi tempat pembuangan sampah liar.
"Setiap hari warga yang tidak bertanggung jawab membuang sampah seenaknya," kata Trisih

Melihat keadaan itu Trisih dan seorang temannya, Kukuh hanya mengambil sampah di Desa Ngrendeng. Ternyata dari mulut ke mulut  banyak warga yang memesan jasanya.

Setiap dua hari sekali Trisih dan Kukuh mengangkut sampah yang sudah dikumpulkan warga, dan langsung dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Segawe, Kecamatan Pagerwojo.

Lambat laun permintaan jasa pembuangan sampah ini datang dari desa-desa sekitar, seperti Wonokromo, Patoman, Bendungan hingga ke Desa Karanganom Kecamatan Kauman dan Desa Baruharjo Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Mobil pik up yang dijadikan armada pengangkut sampah kewalahan melayani permintaan.

“Akhirnya pik up kami jual, terus kredit mobil truk engkel. Harganya waktu itu Rp 60 juta,” kata Trisih.

Kini, pelanggan jasa pembuangan sampah ini sudah mencapai 250 an. Untuk operasional, Trisih dan Kukuh hanya mengenakan biaya iuran Rp 10.000 per bulan.
"Biaya iuran itu digunakan untuk angsuran truk pengangkut sampah, sekaligus biaya operasionalnya," jelasnya

Untuk lunas truk itu butuh waktu lima tahun lagi dan rencananya akan ditukar dengan truk roda dobel. Dengan demikian daya angkut lebih besar dan mempersingkat waktu kerja.
[post_ads_2]
Aiptu Trisih Setyono sendiri saat ini menjabat sebagai Kepala sentra pelayanan kepolisian terpadu (KSPKT) Polsek Gondang. Trisih terlihat cekatan dan tidak risi menjadi pembuang sampah mandiri. Ayah dua anak ini mengaku kerap mendapat cemooh dari kerabat dan dianggap merendahkan derajat sebagai anggota polisi.

Istrinya juga seorang PNS, dan anak sulungnya merupakan anggota TNI, namun dirinya tetap fokus pada pekerjaannya.

Saat lepas dinas Trisih melakukan aktivitas buang sampah, sehingga tidak mengganggu pekerjaan utamanya sebagai polisi. Jika sedang berhalangan karena tugas, Kukuh yang akan bekerja sendirian.

“Kalau tekan saya (Kukuh) tidak bisa bekerja, saya sendiri yang berangkat mengangkut sampah. Begitu juga sebaliknya,” ucapnya.

Hasil kerja Trisih pun bisa dirasakan warga. Mereka yang tidak punya tempat pembuangan sampah di pekarangannya, kini tidak perlu bingung. Sampah yang sebelumnya kerap berceceran dan dibuang sembarangan, kini mulai bisa dikendalikan.

Trisih mempunyai cita-cita, jasa pengangkutan sampah mandiri ini bisa menjangkau masyarakat lebih luas. Sebab seiring perkembangan pembangunan, banyak rumah yang dibangun tanpa mempunyai pembuangan sampah.

“Kalau dulu setiap rumah kan punya joglangan (pembuangan sampah). Sekarang lahannya terbatas, sehingga rumah-rumah banyak yang tidak punya joglangan,” katanya.

Polisi yang juga aktif bertani ini berharap, kelak ada orang lain yang mau terlibat dengan pekerjaan ini. Meski kerap dipandang sebelah mata, namun jasa pengangkutan sampah akan banyak dibutuhkan di masa mendatang. Jika tidak ada pengolahan sampah mandiri, maka solusi pengendalian sampah adalah mengangkutnya langsung ke TPA.

Kapolsek Gondang, AKP Suratman mengatakan, pekerjaan anggotanya yaity jasa pengangkutan sampah tidak mengganggu pekerjaan di Polsek Gondang. Trisih tetap disiplin, karena pekerjaan itu dikerjakan saat lepas dinas.

“Dia tetap disiplin, pekerjaan itu juga tidak mencoreng nama institusi. Apalagi jasa pengangkutan sampah itu juga jelas-jelas dibutuhkan masyarakat,” pungkas Suratman.

sumber: tulungagungtimes